LAUNDRY & DRY CLEANING

 LAUNDRY & DRY CLEANING


Hotel adalah jenis akomodasi yang menyediakan fasilitas dan pelayanan
penginapan, makanan dan minuman, serta jasa-jasa lainnya bagi para tamu yang tinggal untuk sementara waktu, dan dikelola secara komersial. Salah satu jasa-jasa lain yang disediakan adalah laundry dan dry cleaning. Laundry dan dry cleaning adalah bagian dari house-keeping yang mempunyai peranan cukup penting dalam operasional hotel. Namun terkait dengan standar hotel itu sendiri, maka tidak semua hotel memiliki fasilitas laundry dan dry cleaning sendiri dalam hotelnya.

Menanggapi hal tersebut, maka muncullah laundry dan dry cleaning komersial, yaitu sebuah perusahaan laundry dan dry cleaning yang berdiri sendiri maupun laundry dan dry cleaning hotel yang mengkomersialkan fasilitas laundry dan dry cleaning yang dimiliki, untuk dimanfaatkan dengan menjalin kerjasama dengan beberapa hotel. Hal ini selain mendatangkan keuntungan bagi kedua belah pihak, juga menyebabkan efisiensi biaya modal maupun operasional, mengingat untuk mempunyai laundry dan dry cleaning yang baik yang dapat memenuhi  kebutuhan dan kepuasan konsumen dibutuhkan modal dan biaya operasional yang besar.

Laundry dan dry cleaning komersial sangat banyak dimanfaatkan oleh hotel-hotel, baik itu hotel kelas melati hingga hotel bintang lima. Khusus untuk hotel bintang lima yang memanfaatkan laundry dan dry cleaning komersial berkaitan dengan kapasitas mesin dan tenaga kerja yang mereka miliki yang tidak mencukupi pada waktu high season atau karena adanya kerusakan pada mesin
laundry dan dry cleaning yang dimilikinya.

2.1. Jasa Laundry dan Dry Cleaning

2.1.1. Pengertian jasa

“A service is any activity or benefit that one party can offer to another that is intangible and does not result in the ownership of anything.” Hal ini diungkapkan menurut Philip Kotler (1996:660). Dari definisi tersebut pengertian jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Seperti yang diungkapkan Stanton bahwa jasa adalah “kegiatan yang dapat didefinisikan secara tersendiri yang pada hakekatnya bersifat tidak berwujud, yang merupakan pemenuhan kebutuhan dan tidak harus terikat pada penjualan produk atau jasa lain.” Hal ini diungkapkan menurut Stanton (1986:220) Menurut Philip Kotler (1996:661), jasa memiliki empat karakteristik umum yang sangat mempengaruhi rancangan program pamasaran, yaitu:

1.   Intangibility (tidak berwujud) 

    Jasa merupakan suatu yang tidak berwujud. Tidak seperti produk fisik,  jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli. Untuk mengurangi ketidak pastian, pembeli akan mencari tanda atau bukti dari kualitas jasa. Mereka akan menarik kesimpulan mengenai kualitas jasa dari tempat, orang, peralatan, alat komunikasi, simbol, dan  harga yang mereka lihat.oleh karena itu, tugas penyedia jasa adalah mengolah bukti itu, untuk mewujudkan yang tidak terwujud.

 2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan)

      Umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Tidak seperti barang fisik yang diproduksi, disimpan dalam persediaan, didistribusikan lewat berbagai penjual dan kemudian baru dikonsumsi.  Jasa dilakukan oleh orang, maka penyedianya adalah bagian dari jasa. Karena klien juga hadir pada saat jasa dilakukan, interaksi penyedia-klien adalah cirri khusus dari pemasaran jasa. Baik penyedia maupun klien  mempengaruhi hasil jasa.

3.   Variability (kemajemukan)

    Jasa sangat bervariasi, karena tergantung dari siapa yang menyediakan dan kapan serta dimana jasa itu dilakukan. Pembeli jasa menyadari tingginya variabilitas ini dan sering membicarakannya dengan orang lain sebelum memilih penyedia jasa. Penyedia jasa dapat mengambil tiga langkah ke arah kontrol kualitas. Pertama adalah investasi dalam seleksi dan pelatihan karyawan yang baik. Kedua adalah menstandarisasi proses pelaksanaan jasa di seluruh organisasi. Ketiga adalah memonitor kepuasan pelanggan lewat sistem saran dan keluhan, survei pelanggan, dan belajar perbandingan, sehingga pelayanan yang kurang memuaskan dapat terdeteksi dan diperbaiki.

4.   Perishability (tidak tahan lama)

   Jasa tidak dapat disimpan, dan tidak tahan lamanya jasa tidak menjadi masalah, bila permintaan tetap, karena mudah mengatur staff untuk melakukan jasa itu lebih dahulu. Jika permintaan berfluktuatif perusahaan jasa mengalami masalah yang rumit.

2.1.2.   Arti Laundry dan Dry Cleaning

Menurut Richard Sihite (1996: 3) arti kata laundry dan dry cleaning antara lain adalah: LAUNDRY : Binatu / pencucian DRY CLEANING : Pencucian kering (tanpa air) Proses pencucian yang dimaksudkan adalah pencucian yang dilakukan terhadap tekstil dalam arti segala jenis tekstil serta bentuk olahannya dengan menggunakan media utama air, chemical, mesin cuci. Proses pencucian adalah juga “Suatu proses pembersihan suatu benda dengan jalan mengeluarkan atau melepaskan partikel-partikel atau pengotor yang bersangkutan”. Hal ini diungkapkan oleh Richard Sihite (1996: 4).

Menurut Richard Sihite (1996: 4) tujuan suatu proses pencucian adalah:

a. Menghilangkan kotoran dan noda yang melekat pada tekstil.
b. Menjaga agar tekstil terbebas dari kuman.
c. Menjaga tekstil agar tetap cemerlang.
d. Menjaga agar sifat asli dari tekstil tetap bertahan, misalnya: anyaman,
    cahaya, warna, dan lain-lain.
e. Mencegah agar tekstil tidak cepat rusak, baik oleh bahan kimia, gerakan
   mesin, temperatur pencucian, dan lain-lain.

2.1.3. Pengertian Laundry dan Dry Cleaning

A.        Pengertian Laundry  

adalah “Proses pencucian dengan menggunakan media pembasahannya dengan air, dalam arti bahwa tekstil tersebut akan basah terkena air”. Hal ini diungkapkan menurut Richard Sihite (1996: 20). Jika dilihat dari prosesnya laundry terbagi menjadi 6 langkah proses yaitu:

1. Pembasahan Proses ini merupakan suatu proses dimana tekstil yang dalam kondisi awalnya kotor direndam atau dibasahi supaya debu yang melekat dapat digelontor dengan air, selain itu untuk melemaskan serat benang dari tekstil tersebut. Proses ini dapat dilakukan berulang-ulang agar debu dan kotoran yang melekat dapat terlepas.melunak.

2. Pencucian Proses ini dianggap yang terpenting karena dalam proses ini, air yang dipakai untuk mencuci dicampur dengan detergent dan chemical yang lain yang dibutuhkan sesuai jenis tekstil dan tingkat kekotorannya sehingga hasil cucian atau tingkat kebersihannya optimal.

3. Pembilasan Proses pembilasan dilakukan untuk membersihkan secara total kotoran maupun busa yang masih melekat di tekstil sehingga tekstil benar-benar bersih dari kotoran atau busa, pada proses ini biasanya juga dilakuan pencampuran chemical pelembut dan pewangi agar tekstil menghasilkan tekstur yang lembut dan wangi setelah kering.

 4. Pemerasan Proses pemerasan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang ada di tekstil hingga tekstil menjadi kering kurang lebih 80%hingga 90% tergantung dari jenis tekstil.

5. Pengeringan Proses pengeringan ini dilakukan untuk menjadikan tekstil benar benar kering dengan kondisi 100% kering.

6. Penyetrikaan Proses penyetrikaan dilakukan untuk mengembalikan kondisi tekstil yang kumal setelah melalui beberapa proses diatas sehingga menjadi rapi dan licin lagi seperti tekstil yang baru.

B.  Pengertian dry- cleaning

Menurut Richard Sihite (1996: 20) dry cleaning adalah proses pencucian dengan menggunakan bahan kimia yang khusus, yang disebut Perchloroethylene Solvent, karena pakaian yang dimaksud akan mudah rusak bila terkena air atau basah karena air”.  Mencuci dengan sistem dry cleaning adalah proses pencucian pakaian yang menggunakan media pembasahannya dengan sejenis minyak (Solvent), dan bukan dengan air. Hal ini diungkapkan oleh Richard Sihite (1996: 140). Karena itu pelaksanaannya akan jauh sekali bedanya dengan
laundry.

Proses dry cleaning ini digunakan untuk bahan tekstil wool, sutera, polyester sebab bahan tersebut rentan terhadap proses pencucian laundry karena kemungkinannya apabila dilakukan proses laundry bahan textile tersebut akan mengkerut mengecil atau sobek pada saat proses laundry. Namun untuk proses dry cleaning sendiri juga terkadang tidak diperkenankan untuk beberapa bahan yang terbuat dari plastik atau sejenisnya, karena biasanya chemical pembersih Solvent akan melelehkan bahan-bahan yang terbuat dari plastik tersebut.

Dari beberapa pengertian laundry dan dry cleaning di atas sekiranya dapat memberikan sedikit gambaran dari arti kata laundry dan dry cleaning tersebut. Namun jika dilihat lebih mendalam mengenai proses laundry dan dry cleaning, dapat diketahui bahwa proses tersebut bukan hanya sekedar mencuci berbagai macam benda yang terbuat dari textile yang kondisinya kotor menjadi berubah dalam kondisi yang baik dan bersih, terlebih apabila dihadapkan pada persoalan dimana, tekstil yang akan di cuci dalam jumlah yang sangat banyak, rutin dilakukan setiap hari, biaya operasional terbatas, tempat operasional terbatas dan waktu penyelesain yang harus tepat.

2.1.4.   Pengertian Laundry dan Dry Cleaning Komersial

Dalam dunia perhotelan, istilah laundry dan dry cleaning swasta lebih dikenal dengan Commercial Laundry and Dry Clean. Commercial Laundry and Dry Clean adalah “Suatu badan usaha perlaundry- an dan per- dry clean- an yang melayani jasa pelayanan pencucian bahanbahan pakaian dan bertujuan hanya untuk mencari keuntungan” (Richard Sihite 1996:4).

 Dari pengertian yang telah dikemukakan diatas, maka Commercial laundry dan dry cleaning tidak termasuk bagian dari Hotel, namun dari hasil tinjauan langsung yang penulis lakukan di Bali, sebagian besar dari hotel-hotel yang memiliki in-house laundry dan dry cleaning, dan memiliki sisa kapasitas produksi lebih biasanya akan mengkomersialkan sisa kapasitas produksinya dengan menjalin kerja sama dengan hotel-hotel yang tidak memiliki in- house laundry dan dry cleaning. Jasa laundry dan dry cleaning komersial terbentuk karena begitu rumitnya penanganan masalah laundry dan dry cleaning, khususnya hotel-hotel yang tingkat okupansinya sangat tinggi, selain itu juga tingkat kesibukan masyarakat kota yang kebutuhan akan segala sesuatu serba cepat. Kondisi semacam itu cukup cepat diresponi oleh para pelaku-pelaku bisnis, sehingga mereka mampu menemukan sebuah cara yang sifatnya saling menguntungkan baik bagi dirinya, masyarakat maupun bagi hotel tersebut.

2.2.  Peralatan dan Perlengkapan Laundry dan Dry Cleaning

Laundry dan dry cleaning yang memiliki skala produksi yang besar umumnya memiliki peralatan dan perlengkapan yang memadai di dalam menjalankan fungsi produksinya. Peralatan dan perlengkapan tersebut dapat dibedakan menjadibeberapa bagian antara lain:

a.Mesin laundry dan dry cleaning serta mesin pendukungnya.
b.Obat-obatan pembersih serta obat-obatan pendukung lainnya.
c.Bangunan beserta fasilitas yang dibutuhkan.
d.Tenaga kerja yang memiliki kemampuan di bidang laundry dan drycleaning.

2.2.1. Mesin-Mesin Laundry Dan Dry Cleaning Mesin-mesin serta mesin pendukung ada beberapa jenis antara lain:

1. Mesin pemberi tanda (Marker Machine)

2. Mesin cuci( Washing Machine)

3. Mesin pemeras (Ekstractor Machine)

4. Mesin pengering (Tumbler Dry Machine)

5. Setrika press (Pressing)

6. Setrika roll (Flatt Roll Ironer)

7. Mesin lipat (Folding Machine)

8. Setrika tangan (Ironer)

9. Mesin cuci kering (Dry Cleaning Machine)

10. Pemanas (Boiler)

11. Timbangan

Keterangan:
            1.  Mesin Pemberi Tanda (Marker Machine)

Mesin yang bekerja dengan memanfaatkan suhu panas yang cukup tinggi ini untuk menempelkan sepotong pita kecil yang terbuat dari bahan khusus, ditempelkan pada tekstil yang akan dicuci untuk memberi tanda pada tekstil agar tekstil tersebut dapat dikoordinasi. Sehingga tidak tertukar satu sama lain pada ahir proses pencucian

2.  Mesin Cuci (Washing Machine)

Mesin ini memiliki fungsi dasar sebagai mesin untuk mencuci tekstil dengan kapasitas yang sudah ditentukan sesuai kemampuan komponen yang ada di dalamnya dan biasanya ditentukan didalam satuan kilogram. Namun ada beberapa mesin pencuci yang juga memiliki fungsi ganda  sebagai mesin ekstrak atau pemeras.

3. Mesin Pemeras Cucian (Extractor Machine)

Mesin ini berfungsi khusus sebagai mesin untuk memeras tekstil yang telah melalui proses pencucian sehingga air yang terkandung di dalam tekstil pada saat proses pencucian dapat dipisahkan dan hasil dari perasan mesin ini biasanya akan menyebabkan tekstil menjadi kering kurang lebih
90 % kering, selanjutnya agar tekstil kering 100% tekstil harus melaui  proses di dalam mesin tumble dry atau roll ironer.

4  Mesin Pengering (Tumbler Dry Machine)

Mesin ini berfungsi sebagai pengering tekstil yang sudah diperas dalam mesin ekstraktor sehingga menjadi kering 100% dan mesin ini memiliki kapasitas yang disesuaikan dengan komponen yang ada di  dalamnya, biasanya diukur dalam berat dengan satuan kilogram.

5  Setrika Press (Pressing)

Mesin ini berguna untuk memperhalus dan merapikan cucian. Ada  beberapa alat setrika yang dipergunakan di laundry, yaitu:

a) Cotton garment press, untuk baju yang terbuat dari bahan katun

b) Collar and cuffs shirt press, untuk krah dan lipatan tangan

c) Bottom and body shirt press, untuk bagian bawah dan badan baju

d) Yoke and shoulder shirt press, untuk bagian pundak dan bahu dari baju

e) Sleeve mold shirt press, untuk lengan baju

6.  Setrika Roll (Flat Roll Ironer)

                Mesin ini berfungsi untuk menyetrika tekstil yang berupa lembaranlembaran. Misalnya sprei (sheet), sarung bantal (pillow case), taplak meja  (table cloth), serbet (napkin), serta tekstil tipis dan rata lainnya. Hasil dari kerja mesin ini menjadikan tekstil yang telah melalui proses pemerasan dan kering 90% menjadi kering 100%.

7. Mesin Lipat (Folding Machine)

                Untuk kapasitas produksi yang besar biasanya mesin ini dapat disambung dengan mesin Setrika Roll sehingga lembaran tekstil yang sudah kering. secara otomatis terlipat dan tinggal dirapikan secara manual

8. Setrika Tangan (Ironer)

                Mesin ini merupakan mesin setrika tangan yang dipergunakan seperti setrika biasa. Mesin ini dihubungkan dengan aliran uap panas sehingga sangat praktis dipakai.

9. Mesin Cuci Kering (Dry Cleaning Machine)

                Mesin ini digunakan untuk proses cuci kering atau sering disebut dengan dry cleaning, mesin ini memiliki kapasitas yang disesuaikan dengan komponen yang ada di dalamnya, biasanya diukur dalam berat dengan satuan kilogram. Proses pencucian di dalam mesin ini tidak sama dengan mesin laundry karena media untuk mencucinya menggunakan solvent, sehingga tidak ada proses ekstrak seperti dalam proses laundry yang menggunakan media air.

10. Pemanas (Boiler)

                Alat ini sesuai dengan namanya yaitu sebagai pemanas, dimana fungsi dari alat ini untuk menyediakan kebutuhan uap panas untuk flat roll ironer, adapun kapasitas boiler ini diukur dengan satuan kilogram dan disesuaikan dengan kebutuhan flat roll ironer.

11. Timbangan.

                Alat ini dibutuhkan sekali agar maintenance mesin-mesin laundry dan dry cleaning lebih awet karena dengan alat ini tekstil yang akan diproses akan diketahui beratnya dan disesuaikan dengan kapasitas mesin tersebut.


2.2.2. Obat-Obat Pembersih Dalam Laundry Dan Dry Cleaning

                Dalam proses pencucian, dibutuhkan obat-obatan pembersih dan beberapa campuran obat-obatan tertentu untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam membersihkan tekstil. Menurut Sihite (1996: 96-97) obat pembersih ini terdiri atas dua macam
bentuk yaitu liquid dan powder.

A.      Powder Detergent

Merupakan obat pembersih pada umumnya namun berupa powder atau serbuk.

B.      Alkali
Berfungsi sebagai penambah daya kerja dari detergent sehingga pemakaian detergent lebih efektif.

C.      Bleach
Berfungsi dasar sebagai pemutih atau pencerah warna dari tekstil yang di laundry.

D.      Sour
Berfungsi sebagai penetralisir bahan-bahan kimia lain yang telah dipergunakan selama proses laundry, jadi penggunaannya biasanya terahir.

E.        Liquid

1.       Tepol

Fungsinya sama dengan detergent dan sering disebut detergent murni cair

2.       Chlorine bleach

Berfungsi sebagai pemutih untuk tekstil yang memiliki warna putih bersih

3.       Oxygen bleach

Berfungsi sebagai pemutih pencerah untuk tekstil yang memiliki aneka warna

             4. Exator

  Berfungsi sebagai penetralisir zat besi sehingga tidak ada kandungan zat besi dalam proses pencucian

             5. Emulsifier

Berfungsi sebagai penetralisir zat lemak sehingga tidak ada kandungan zat lemak dalam proses pencucian

             6. Sour

Berfungsi sebagai penetralisir bahan-bahan kimia lain yang telah dipergunakan selama proses laundry, jadi penggunaannya biasanya terahir.

               7. Softener

Berfungsi sebagai pelembut untuk tekstil yang bahan dasarnya cotton seperti handuk

2.2.3. Bangunan Serta Fasilitas Laundry dan Dry Cleaning

Untuk sebuah laundry dan dry cleaning dibutuhkan bangunan fisik yang memadai baik dari segi kapasitasnya maupun untuk fasilitas dan utilitas pendukung yang harus dimiliki bangunan tersebut. Fasilitas dan utilitas dari bangunan tersebut antara lain harus tersedia:

1. Lisrik dengan batas daya diatas 200 kVA dan termasuk golongan tarif B-3

2. Air dingin

3. Air panas

4. Ventilasi udara yang baik

5. Cahaya yang baik

6. Intalasi pipa gas untuk saluran gas

7. Mesin diesel

8. Pengolahan limbah

9. Pemadam kebakaran

Jika dilihat dari fasilitas dan utilitas bangunan tersebut maka diperlukan pula suatu sistem manajemen yang menyangkut pengaturan tata ruang yang baik sehingga mampu mendukung terciptanya suatu alur kerja yang baik sehingga meningkatkan produktifitas kerja.

Terkait dengan fungsi dari bangunan tersebut yang digunakan untuk sebuah laundry dan dry cleaning yang memiliki jam kerja kurang lebih 18 jam sehari kemungkinan timbulnya polusi sangat besar, dan polusi yang ditimbulkan sangat beragam karena berasal dari berbagai macam mesin yang berbeda beda antara lain:

§ Mesin laundry: polusi limbah air bekas cucian yang tercampur dengan bahan  kimia pembersih linen serta polusi suara yang ditimbulkan oleh mesin tersebut saat proses pencucian

§ Mesin dry cleaning: polusi udara karena proses dari pencucian yang menggunakan solvent serta polusi suara yang ditimbulkan oleh mesin tersebut saat proses pencucian

§ Mesin tumbler dry: Polusi limbah dari handuk yang dikeringkan berupa serat linen serta polusi suara yang ditimbulkan oleh mesin tersebut saat proses pengeringan

§ Mesin disel: polusi udara karena hasil pembakaran bahan bakar saat mesin dihidupkan serta polusi suara yang ditimbulkan oleh mesin tersebut saat mesin beroperasi.

Maka dari sekian banyak polusi yang ditimbulkan oleh mesin-mesin diatas, perlu diperhatikan penangan polusi tersebut, baik polusi yang berupa limbah cair atau padat, polusi udara, serta polusi suara dari mesin-mesin

2.2.4. Tenaga Kerja Dalam Laundry dan Dry Cleaning

Di dalam sebuah laundry dan dry cleaning tenaga kerja memiliki peranan yang tidak kalah penting karena merekalah yang akan mengoperasikan laundry dan dry cleaning, maka pembagian tugas kerja sangat penting, mengingat jumlah dari tenaga kerja dalam laundry dan dry cleaning sangat banyak. Untuk menghitung jumlah standard tenaga kerja yang dibutuhkan dalam sebuah laundry dan dry cleaning dapat dihitung dengan asumsi 175 kg tekstil diselesaikan oleh satu orang dalam satu hari jam kerja atau 8 jam, hal ini diungkapkan oleh Bp A Oka Wibawa selaku laundry dan dry cleaning manajer dari hotel Bali Beach Bali.  Namun kemampuan standard tenaga kerja akan bertambah seiring dengan kebiasaan kerja yang dilakukan sehingga hasil kerja kian lama akan lebih optimal.
Dan di dalam pembagian kerja laundry dan dry cleaning dapat diuraikan lebih mendetail semacam ini:

1. Director atau setingkat General Manager

a. Menetapkan kebijakan umum yang menyangkut strategi perusahaan di masa yang akan datang.

b. Mengupayakan agar berbagai kebijaksanaan, sistem, dan prosedur yang ditetapkan dapat  dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan perusahaan.

c. Mengadakan peninjauan terhadap bagian-bagian organisasi perusahaan yang dijalankan.

d. Berhak mengangkat seseorang atau lebih sebagai wakil-wakil ataupun personil yang diberikan kepadanya kekuasaan-kekuasaan yang diatur dalam Peraturan Rumah Tangga Perusahaan.

e. Bertanggung jawab terhadap struktur organisasi dan semua cara serta  alat-alat yang dikoordinasikan di dalam perusahaan agar terpeliharanya  keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran tata laksana kerja.

f. Wajib memajukan efisiensi di dalam usaha, dan membantu mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu.

2. Manager

a. Mengawasi secara menyeluruh kegiatan yang dilakukan oleh semua bagian yang ada di perusahaan, serta mempertanggung jawabkan atas pelaksanaannya kepada Director, baik yang bersifat operasional maupun non-operasional.

b.   Merumuskan dan mengusulkan kebijaksanaan operasional yang  mengacu kepada kemajuan ataupun peningkatan operasional perusahaan.

c.  Menjaga agar terbentuk suatu sistem kerja yang baik dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan hubungan kerjasama terhadap para pelanggan.
d.    Membuat perencanan operasional perusahaan yang perlu dilakukan yang dituangkan dalam pedoman pelaksanaan.

e.   Melakukan pendekatan dengan sistem teknik untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh perusahaan dan mengusulkan perbaikan-perbaikan  yang mungkin dilaksanakan, dengan menggunakan sudut pandang  yang luas dan kedekatan dalam organisasi.

f.     Menampung permasalahan-permasalahan dari semua kegiatan  perusahaan serta mengambil kebijakan teknis operasional perusahaan dengan mengacu pada perkembangan dan kemajuan perusahaan.

g.    Mempertanggung jawabkan terhadap Director terhadap segala  kekurangan dan kelemahan rencana operasional maupun kelemahan sumber daya manusia.

h.    Melaksanakan Feed Back Control, agar dapat tercipta efisiensi administrasi, yaitu dengan mendorong dipatuhinya keputusankeputusan  manajemen, pada saat Director tidak berada di perusahaan (CareTaker).

i. Menjalin ataupun mengadakan ikatan kontrak kerjasama terhadap semua pelanggan, khusunya pelanggan dari hotel-hotel dan unsur teknis lainnya, serta bertanggung jawab pada semua fasilitas perusahaan dan wajib menjaga corporate image perusahaan.

3. Machine Coordinator

a.    Menentukan serta mengadakan pengontrolan prosedur standar pengoperasian teknis mekanis.

b.      Bertanggung jawab atas segala kemungkinan kerusakan mesin, yang diakibatkan kesalahan teknis operasi seperti: memperbolehkan penggunaan peralatan dengan melebihi kapasitas standar mesin dan lainnya.

c.       Mengkoordinir kegiatan perawatan mesin kepada engineering.

3.1. Engineering:

1)         Wajib mempersiapkan mesin-mesin dan peralatan penunjang  lainnya sebelum beroperasi.

2)            Bertanggung jawab untuk memperbaiki bila ada kerusakan dan  segera melaporkan pada pimpinan bila diperlukan peralatan pengganti.

3)            Wajib mengadakan pemeriksaan atau perawatan berkala terhadap  mesin-mesin dan sarana lainnya yang terkait.

4. Chief Accounting and Administration

a. Bertanggung jawab atas prosedur akuntansi serta mencatat transaksitransaksi  yang   dilaksanakan sesuai dengan pengesahan manajemen.

b. Mencatat transaksi-transaksi untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan atau kriteria-kriteria lain yang perlu untuk laporan laporan keuangan.

c. Bertanggung jawab atas aktiva (menurut catatan) dibandingkan dengan  yang ada setiap waktu tertentu dan diambil tindakan yang perlu bila ada perbedaan-perbadaan.

d. Bertanggung jawab atas laporan keuangan neraca dan daftar rugi-laba hasil-hasil usaha operasional perseroan.

e. Mengendalikan dan memonitor penggunaan biaya-biaya yang telah ditetapkan.

f. Bertindak cepat, tepat, dan akurat dalam mengantisipasi perubahanperubahan  yang menyangkut fungsi keuangan atau administrasi sesuai dengan mekanisme kerja yang telah ditetapkan

4.1. Account Receiveable

a) Melakukan pengecekan dan perhitungan atas laporan harian kas dan bank dengan bukti-bukti transaksi dari customer service dan account payable.

b) Wajib melakukan pemeriksaan dan perhitungan atas laporan harian piutang dengan bukti-bukti lain yang diterima dari bagian administrasi.

c) Membuat jurnal harian atas transaksi yang terjadi, serta melakukan posting jurnal ke dalam buku besar dan buku pembantu.

d) Wajib membuat laporan kepada atasan atas semua tugas dan tanggung jawab yang dibebankan padanya.

4.2. Account Payable

a) Membuat buku catatan atas hutang-hutang kepada supplier serta membuat jadwal pembayarannya.

b) Segera melakukan pembayaran atas hutang-hutang yang sudah jatuh tempo pembayaran.

c) Wajib membuat laporan kepada pimpinan terhadap tugas dan tanggung jawabnya termasuk inventory atas persediaan secara rutin / bulanan.

d) Melakukan perhitungan pajak usaha, PPn, pajak penghasilan pegawai, serta melakukan pembayaran ke departemen yang bersangkutan.

4.3. Administrasi laundry dan dry cleaning

a) Membuat file dan mencatat setiap terjadi transaksi dan membukukan ke dalam buku harian, mingguan, dan bulanan.

b) Membuat pembukuan penerimaan harian, khususnya bagi pelanggan umum yang melakukan pembayaran secara tunai.

c) Wajib mencatat penerimaan-pengeluaran secara tunai ke dalam buku kas harian.

d) Mengklasifikasikan pelanggan sesuai dengan tata cara  pembayaran yang telah disepakati.

e) Wajib melaporkan kejadian-kejadian pada atasan sebelum meninggalkan pekerjaan.

5. Chief of Personal

a. Mengawasi dan menjaga kedisiplinan kerja pada bagian yang menjadi tanggung jawabnya.

b. Bertanggung jawab terhadap absensi ijin, sakit, dan lembur seluruh karyawan yang ada di perusahaan.

c. Melakukan evaluasi terhadap karyawan dan memberikan rekomendasi mengenai predikat karyawan pada pimpinan.

d. Mencatat mutasi karyawan yang berhenti maupun yang masih aktif di perusahaan.
e. Membuat laporan ke departemen tenaga kerja dan wajib melaksanakan ketentuan yang berlaku.

5.1. Public

a) Wajib menyediakan blangko lembur, mencatat dan menghitung jumlah jam lembur (overtime) sesuai tatacara yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

b) Membuat arsip-arsip surat masuk dan keluar.

c) Membuat jadwal kerja karyawan sesuai dengan bidang masingmasing karyawan setiap minggu.

d) Mengatur dan menjaga agar selalu tercipta ketentraman di  lingkungan mess karyawan dan mendorong agar dipatuhinya  semua peraturan dan tata tertib yang berlaku di perusahaan.

e) Menyediakan/mengkoordinir tempat bilamana akan diadakan general meeting maupun technical meeting di perusahaan.

f) Wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang telah  diberikan kepada atasan serta turut mematuhi tata tertib yang berlaku di perusahaan.

6.1. Supervisor House Laundry

a) Mengawasi karyawan yang bertugas pada bagian pemeriksaan / pemisahan pencucian dan pressing linen.

b) Menjamin bahwa semua cucian sudah diseleksi dengan baik dan
dicuci sebagaimana mestinya.

c) Melaporkan setiap kejadian baik yang menyangkut loyalitas karyawan maupun kondisi mesin, dan sekaligus pengawasan terhadap penggunaan chemical laundry dan dry-cleaning.

d) Membuat rekomendasi untuk meningkatkan efisiensi kerja, termasuk di antaranya mengontrol atau mencatat proses pencucian sesuai dengan formula yang telah ditetapkan.

e) Menjamin bahwa lingkungan kerja dan semua peralatan yang digunakan dalam keadaan bersih.

f) Mengadakan training secara berkala dalam upaya efisiensi kerja.

g) Menetapkan sistem kerja yang teratur serta memberikan pengarahan kepada staf dan melaporkan kondisi peralatan kepada atasan.

6.1.1. Washer Laundry

a) Mengecek seluruh linen kotor lalu memisahkan baik jenis maupun warnanya.

b) Wajib memperhatikan kapasitas mesin dengan sistem perhitungan random kapasitas mesin, yaitu maksimal 80% dari kapasitas umum agar tidak terjadi kelebihan kapasitas.

c) Mempersiapkan chemical laundry yang akan digunakan  dan mencuci linen dengan formula standard, serta tetap memperhatikan waktu penggunaan mesin.

d) Mengawasi, meneliti, dan menjamin hasil cucian bersih sesuai dengan kepuasan konsumen.

e) Menyerahkan hasil cucian ke bagian ironner untuk diproses lebih lanjut.

f) Mencatat semua hasil cucian sesuai jenis linen yang telah selesai dicuci pada buku harian operasional.

6.1.2. Ironner

a) Menyortir semua linen yang telah dicuci, termasuk mempersiapkannya pada troli atau meja yang telah tersedia.

b) Wajib membersihkan lingkungan kerja serta peralatan yang dipakai, termasuk mesin-mesin dalam kondisi baik.

c) Mengoperasikan mesin flat roll dengan baik.

d) Memperhatikan kerapian dalam melipat pakaian maupun linen.

6.2. Supervisor Guest Laundry and Dry Clean

a. Menjamin kerjasama antar bagian serta mengawasi semua yang bertugas pada bagian guest laundry, dry clean, dan pressing.

b. Menjamin semua cucian sudah dicuci sebagaimana mestinya.

c. Membuat rekomendasi untuk meningkatkan efisiensi kerja.

d. Menyusun dan mengkoordinasi semua kegiatan karyawan.

e. Menjamin kebersihan lingkungan kerja dan semua peralatan yang dipakai.

f. Mengadakan pelatihan ketrampilan secara berkala pada karyawan.

g. Menetapkan sistem kerja yang teratur dan terarah.

6.2.1. Washer and Dry Cleaner

a) Memelihara kebersihan lingkunga kerja dan semua peralatan serta mesin-mesin yang dipakai.

b) Mengecek bahan serta memisahkannya baik jenis maupun warna.

c) Meneliti setiap bahan yang akan dikerjakan.

d) Menggantung secara rapi, sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

e) Menjamin bahwa hasil setrika bagus, licin, tanpa ada noda, lipatan atau bagian yang berkerut maupun kancing kancing yang rusak.

f) Melaporkan segala sesuatu yang bersifat meragukan kepada atasan.

6.2.2. Presser

a) Memelihara lingkungan kerja, peralatan-peralatan, dan mesin-mesin.

b) Menggunakan mesin press yang sesuai dengan keberadaan danah yang akan dipress seperti: cotton press, woll press, steam press, dan lain-lain.

c) Melipat / menggantung secara rapi dan sesuai dengan kebutuhan dan kepuasan konsumen.

d) Melaporkan pada atsan bila ada hal-hal yang kurang dimengerti.


6.3. Supervisor Checker

a. Membantu tugas-tugas operasional laundry dan dry cleaning,  serta melakukan pengecekan terhadap barang-barang.

b. Menjaga hubungan baik terhadap semua pelanggan.

c. Wajib melakukan pengontrolan secara rutin terhadap pelaksanaan kerja.

d. Bertanggung jawab atas kebersihan, kenyamanan, dan kerapian dalam melakukan pekerjaan, serta mempertahankan pelayanan yang baik.

e. Bertanggung jawab terhadap segala kelalaian yang terjadi.

6.3.1. Checker / Marker

a) Mengumpulkan dengan benar semua bon penerimaan, sebelum diadakan pengecekan dan pemilahan sesuai dengan jenis bahan dan mencatat dalam buku harian  operasional masing-masing pelanggan.

b) Mempersiapkan mesin marker dan alat-alat bantu untuk  menunjang terlaksananya pekerjaan dengan baik.

c) Melaporkan dengan segera kepada atasan apabila dijumpai ketidak beresan pada barang yang hendak
diproses, antara lain mengenai jumlah barang dan kondisi barang fisisk.

d) Meneliti semua jenis cucian yang akan diberi tanda serta memisahkan antara cucian laundry (air) dan cucian dry clening (solvent), sebelum diproses.

e) Melaporkan pada atasan bila ada hal-hal yang kurang dimengerti.

 

 

  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menata Perlengkapan dan Trolley (room attendant trolley)

MENYEDIAKAN LAYANAN AKOMODASI RECEPTION